IMPARSIALNEWS.COM – Harga Beras Melonjak di Jawa Timur, Warga Resah dan Pedagang Bingung
Harga Beras Melonjak di Jawa Timur, Warga Resah dan Pedagang Kebingungan
Kenaikan harga beras yang terus merangkak naik di Jawa Timur semakin membuat resah warga dan pedagang. Dalam beberapa pekan terakhir, harga beras di berbagai pasar tradisional dan modern mengalami peningkatan signifikan, membebani pengeluaran rumah tangga dan membingungkan para pedagang.
"Dulu beras biasa harganya Rp 11.000 per kilogram, sekarang sudah Rp 13.000 lebih. Berat sekali, apalagi kami yang penghasilannya pas-pasan," keluh Ibu Sumi, seorang ibu rumah tangga di Surabaya.
Pedagang pun merasakan dampak yang sama. Mereka mengaku kebingungan dengan kenaikan harga yang fluktuatif dan sulit diprediksi. "Kami juga bingung, harga dari pemasok terus naik. Mau tidak mau kami juga harus menaikkan harga jual, tapi takut pelanggan lari," ujar Bapak Joko, seorang pedagang beras di Pasar Tradisional Malang.
Beberapa faktor diduga menjadi penyebab melonjaknya harga beras. Cuaca ekstrem yang menyebabkan gagal panen di beberapa daerah penghasil beras menjadi salah satu pemicu utama. Selain itu, biaya produksi yang meningkat, seperti harga pupuk dan transportasi, juga turut andil dalam mendorong kenaikan harga.
Pemerintah daerah Jawa Timur telah berupaya menstabilkan harga beras melalui berbagai cara, seperti operasi pasar dan koordinasi dengan Bulog untuk penyaluran beras subsidi. Namun, upaya tersebut belum sepenuhnya efektif meredam kenaikan harga.
Warga berharap pemerintah dapat segera mengambil langkah konkret dan berkelanjutan untuk menstabilkan harga beras. Keterjangkauan harga beras sangat penting bagi masyarakat, mengingat beras merupakan makanan pokok sehari-hari. Pedagang pun berharap ada solusi yang adil dan tidak memberatkan mereka dalam menjalankan usaha.
Kenaikan harga beras ini menjadi ujian bagi pemerintah daerah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Diperlukan solusi jangka panjang yang melibatkan semua pihak, mulai dari petani, pedagang, hingga konsumen, agar masalah ini tidak terus berulang.
